Masyarakat Indonesia sedang dihebohkan dengan pemberitaan beras
plastik
yang diduga berasal dari Tiongkok. Beras plastik pada dasarnya adalah beras
yang dioplos dengan beras sintetis yang terbuat dari plastik.
Isu beras plastik ini wajar membuat masyarakat kuatir mengingat
nasi adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Setidaknya dengan terkuaknya
beras plastik ini seharusnya membuat masyarakat lebih jeli lagi dalam membeli
beras. Jika Anda terlanjur memiliki stok beras dalam jumlah banyak di rumah
tidak ada salahnya segera diperiksa.
Untuk membedakan beras asli dan beras
plastik memang harus teliti, karena sekilas keduanya sama saja. Sebaiknya
masyarakat mengenali ciri beras sintetis ini agar terhindar membeli dan
mengonsumsi beras plastik.
Informasi
mengenai beras sintetis mencuat setelah salah seorang penjual bubur di Bekasi,
Dewi Septiani, mengaku membeli beras bersintetis. Dewi mengaku membeli enam liter
beras yang diduga bercampur dengan beras plastik. Beras tersebut dia beli di
salah satu toko langganannya.
Hasil uji laboratorium yang dilakukan Sucofindo membuktikan
kebenaran beras plastik, namun hal ini berbeda dengan Penelitian Puslabfor
Mabes Polri yang menyebut tidak ada bahan plastik pada sampel beras yang
sebelumnya disebut-sebut mengandung beras sintetis. Hal ini akhirnya berbuntut
dengan dipolisikannya Dewi Septiani, pelapor beras plastik.
Tindakan aparat ini disayangkan berbagai pihak, salahsatunya
disuarakan oleh Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PAHAM).
PAHAM sebut jangan sampai temuan tersebut membuat pelapor Dewi
Septiani trauma, apalagi sampai merasa menerima intimidasi dari aparat.
“Bila hal ini terjadi, orang akan cenderung abai dan tidak mau
melapor apabila melihat sebuah kejahatan,” tegas Sekjend Pusat Advokasi Hukum
dan Hak Asasi Manusia Indonesia (Paham), Rozaq Asyhari, dalam siaran persnya
(Kamis,28/5).
Dia mengungkapkan, apa yang dilakukan Ibu Dewi adalah tindakan
konsumen yang baik. Itu adalah upaya preventif untuk menghindarkan masyarakat
dari bahaya buruk bahan makanan yang diduga dari platik. Oleh karenanya,
langkah waspada yang demikian harus dicontoh oleh anggota masyarakatlainnya.
“Bahwa yang dilakukan oleh Dewi Septiani adalah early warning,
yang seharunya merupakan kewajiban apparat terkait untuk menindaklanjuti,”
ungkapnya.
PAHAM menyayangkan adanya dugaan intimidasi yang dialami oleh Ibu
Dewi. Karena yang dilakukan Ibu Dewi sudah sesuai dengan ketentuan pasal 165
KUHP. Dimana ada kewajiban bagi setiap orang untuk melaporkan kepada polisi
jika mengetahui terjadinya suatu tindak kejahatan. Walaupun dalam Pasal 165
KUHP tersebut hanya disebutkan beberapa pasal tindak kejahatan. “Namun secara
umum, hal ini merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu tindak
kejahatan, ”terang kandidat Doktor dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia
ini.
Karena itu PAHAM mendorong agar Kapolri memberikan penghargaan
kepada Dewi Septiani dan memberikan sanksi kepada oknum yang diduga
mengintimidasi.
“Saya rasa layak Pak Badrodin Haiti memberikan penghargaan kepada
Bu Dewi. Karena sebagai warga negara yang baik telah memberikan laporan sebagai
bentuk kewaspadaan sesuai dengan ketentuan pasal 165 KUHP. Hal ini untuk merangsang
agar masyarakat peduli dengan persoalan hukum yang ada di sekitarnya. Disisi
lain, apabila memang terbukti ada oknum aparat yang melakukan intimidasi
selayaknya pula Kapolri berikan teguran atau sanksi”, tegasnya.
Berikut ciri-ciri antara beras plastik dan
beras asli :
Bentuk
Beras sintetis memiliki bentuk yang lebih
mulus dan bagus dibanding beras asli yang terkadang terlihat pecah-pecah dan
gompal.
Bila dilihat dari ujung-ujung bulir beras,
pada beras asli terdapat warna putih di setiap ujungnya yang merupakan zat
kapur yang mengandung karbohidrat. Sedang beras bercampur plastik tidak ada
warna putihnya.
Jika direndam di dalam air, maka beras asli
airnya akan bewarna putih dan beras akan lembek menjadi bubur. Sedangkan beras
plastik jika direndam hasilnya tidak akan menyatu dan airnya tidak akan berubah
menjadi putih dan di ujung-ujungnya tidak ada warna putih zat kapur.
Ciri lainnya adalah jika beras plastik
ditaruh di atas kertas maka terlihat beras tidak natural, berbentuk lengkung,
tidak ada patahan. Kalau dipatahkan akan pecah menjadi bentuk kecil-kecil.
Sedangkan beras asli bentuk bulirnya sedikit menggembung dan kalau dipatahkan
hanya terbelah menjadi dua.
Warna
Beras sintetis memiliki warna yang lebih
bening bersih, hampir mirip dengan kaca. Sedangkan
beras asli umumnya memiliki warna putih susu,
tidak terlalu putih dan tidak terlalu kekuningan.
Tekstur
Tekstur beras sintetis lebih keras daripada
beras asli. Beras yang asli kalau digigit bulirnya cenderung mudah patah.
Tampilan beras asli memiliki guratan dari
bekas sekam padi, sedangkan beras plastik bentuknya agak lonjong dan pada bulirnya
tidak terlihat guratan.
Nasi Matang
Selain itu beras plastik ini juga bisa
dibedakan dari nasi yang sudah matang. Menurut Chef Nurman dari Hotel Discovery
Sky Ancol, nasi yang dihasilkan dari beras asli akan terasa berbeda dengan nasi
yang dihasilkan dari beras plastik.
Menurut Chef Nurman, saat diolah, beras
sintetis yang terbuat dari beras plastik akan lebih sulit menjadi kering dan
tidak bisa bercampur. "Beras sintetis kalau dimasak tidak bisa bercampur
seperti beras asli dan sulit kering,” katanya.
Nasi yang dihasilkan juga memiliki rasa dan
tekstur yang berbeda. “Nasi dari beras sintetis akan terasa seperti rasa
plastik sedangkan nasi asli akan memiliki rasa tawar dan sedikit manis,” jelas
Chef Nurman sebagaimana dikutip dari portal Okezone.com. Dengan informasi
tentang ciri-ciri beras plastik ini
diharapkan masyarakat tidak salah lagi dalam memilih beras yang asli, karena
cara mengenali dan membedakannya mudah asalkan kita teliti.
Mari
kita pelajari bagaimana cara membedakannya:
Cek beras sebelum di
konsumsi
Menurut
seorang penjual beras, beras putih plastik kalau dicium enggak wangi beras.
Tapi, yang beras asli pasti wangi beras, wangi padi. Ketika ditunjukkan contoh
beras asli dengan mengambil beras segenggam, secara bentuk dan kasatmata, warna
beras putih tidak sepenuhnya putih, tetapi ada beberapa bagian beras yang
berwarna sedikit berwarna coklat muda.
Jika
dipegang pun, beras plastik akan lebih licin dibanding beras asli. Cara lain
untuk menguji keaslian beras adalah dengan dibakar. Beras plastik akan cepat
terbakar jika dikenai api. Berbeda dengan beras asli yang tidak terbakar,
tetapi muncul wangi beras yang keluar karena beras terkena api.
“Paling tidak ada empat cara
sederhana untuk mengenali beras plastik,” kata Asmo.
Pertama, dari bentuknya, tampilan beras asli
memiliki guratan dari bekas sekam padi, sedangkan beras plastik tidak terlihat
guratan pada bulirnya dan bentuknya agak lonjong.
Kedua, dari ujung-ujung bulir beras, pada beras
asli terdapat warna putih di setiap ujungnya, warna tersebut merupakan zat
kapur yang mengandung karbohidrat. Sedang beras bercampur plastik tidak ada
warna putihnya.
Ketiga, jika beras asli direndam dalam air maka
akan berubah warna menjadi lebih putih, sedangkan beras plastik hasilnya tidak
akan menyatu dan airnya tidak akan berubah menjadi putih.
Keempat, jika beras palsu ditaruh di atas kertas maka
terlihat beras tidak natural, berbentuk lengkung, tidak ada patahan.
“Kalau
dipatahkan akan pecah menjadi bentuk kecil-kecil. Sementara beras asli bentuk
bulirnya sedikit menggembung dan kalau dipatahkan hanya terbelah menjadi dua,”
jelas Asmo.
Apa dampak jangka pendek
dan jangka panjang bila sampai masuk ke tubuh manusia?
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan PT. Succofindo terhadap beras plastik yang
ditemukan di Bekasi, Jawa Barat, menunjukkan adanya kandungan polyvinyl cholride (PVC) yang biasa
terdapat di pipa, kabel, dan lantai.
Ditambah
lagi, beras tersebut juga mengandung tiga senyawa lain, yakni benzyl butyl phthalate (BBP), bis 2-ethylhexyl phtalate (DEHP), dan
diisononyl phthalate (DINP).
Ketiga zat ini biasa dipakai sebagai pelentur pada pipa dan kabel.
Sangat
mengerikan bila zat-zat kimia tersebut sampai masuk ke dalam tubuh manusia.
Akibat bila ketiga zat kimia tersebut masuk ke dalam tubuh, maka bisa memicu
mutasi genetik, meracuni saraf, dan menyebabkan kanker.
Dalam
jangka pendek, keberadaan plastik di saluran pencernaan bisa mengakibatkan
sembelit atau diare. Sementara itu, dalam jangka panjang, plastik tidak bisa
dikeluarkan melalui kotoran dan akan memicu perubahan sel.
Ditambahkan
oleh seorang dokter spesialis penyakit dalam, konsultan gastroenterologi dr.
Ari Fahrial Syam, yang mengatakan phtalate (DEHP) juga bisa menyebabkan
kemandulan pada pria.
“Sementara
pada wanita zat ini juga mengganggu sistem reproduksi sehingga bisa menyebabkan
gangguan menstruasi. Bahkan pada suatu penelitian disebutkan kadar zat ini yang
tinggi pada ibu melahirkan ternyata bayinya akan memiliki skrotum dan penis
yang kecil,” katanya.
Ari
menambahkan, hal tersebut menunjukkan bahwa phtalate bisa menembus plasenta
sehingga berbahaya jika dikonsumsi ibu hamil.
Bagaimana cara
meminimalisir efek-efek tersebut?
Untuk
mengurangi efek samping berbahaya tersebut, sangat disarankan untuk mengonsumsi
banyak buah dan sayur-sayuran yang mengandung banyak vitamin, mineral, dan
antioksidan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar