1. Pengertian Manajemen Laba
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan
perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting
Concept (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat
penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif.
Hal tersebut membuat pihak manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba
agar kinerja perusahaan tampak baik oleh pihak eksternal.
Manajemen laba (earning management)
didefinisikan oleh beberapa peneliti akuntansi secara berbeda-beda sbb :
a. Widyaningdyah (2001 :92) membagi definisi
manajemen laba menjadi dua yaitu:
Definisi
sempit
Earning management dalam hal ini
hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam
artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manager untuk “bermain” dengan
komponen discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba.
Definisi
luas
Earning
management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang
dilaporkan saat ini atas unit dimana manager bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang
unit tersebut
b. Schipper
(1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh
beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan
manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang
menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi
tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi
unit tersebut dalam jangka panjang. Dechow, et.al (1996) mendefinisikan
earnings management sebagai earnings manipulation, baik di dalam maupun di luar
batas Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Scott (1997)
mendefinisikan earnings management sebagai tindakan manajemen untuk memilih
kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan
dan atau nilai pasar perusahaan. Setiawati dan Na’im, (2000) mendefinisikan
manajemen laba sebagai campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.
c. Francis
dkk (1999) juga menemukan hasil yang konsisten. Selain itu Myers dan Skinner
(2000) menemukan bukti empiris bahwa perusahaan berukuran besar cenderung tidak
melaporkan accurate earnings setelah meneliti pertumbuhan earnings mereka
selama 14 kuarter.
d. Peneliti
Marachi (2001) di Amerika Serikat dengan menggunakan data sample perusahaan
industry tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif
terhadap manajemen laba. Penelitian ini sejalan dengan hasil dari penlitian Lee
& Choi (2002) yang mengemukakan bahwa perusahaan yang berkuran kecil
cenderung lebih terdorong untuk melakukan tindakan manajemen laba. Sejalan
dengan penelitian Myers dan Skinner sebelumnya,
e. Barton
and Simko (2002) juga menemukan bahwa perusahaan berukuran besar cenderung
mendapat tekanan-tekanan untuk memenuhi harapan pasar sehingga mereka terdorong
untuk melakukan manajemen laba. Selain itu perusahaan besar juga memiliki
“bargaining power” yang lebih besar untuk bernegosiasi dengan auditor untuk
melakukan manajemen laba. Penelitian lebih lanjut tentang kepemilikan
manajerial yang dilakukan Gabrielsen, et al. (2003) mengemukakan bahwa jumlah
kepemilikan saham oleh manajer akan mempengaruhi tindakan manajemen laba.
2. Sasaran Manajemen Laba
Menurut
Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan
sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
a.
Kebijakan Akuntansi.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi
yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan
akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat
berlakunya kebijakan tersebut.
b.
Pendapatan.
Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
Biaya. Menganggap sebagai beban/ biaya atau menganggap
sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize
of investment).
c.
Biaya.
Menganggap sebagai beban/ biaya atau menganggap
sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize
of investment).
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Berdasarkan
yang dilakukan olehWatts dan Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan
bahwa hubungan principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal
ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk
tindakan agent tersebut adalah manajemen laba. Faktor-faktor yang diajukan oleh
Watt dan Zimmerman adalah:
a. Hipotesis Bonus Plan.
Perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan
metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini.
b. Debt To
Equity Hypothesis.
Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity
besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi
yang akan meningkatakan pendapatan atau laba.
c. Political
Cost Hypothesis
Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya
menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang
dilaporkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar