Kamis, 22 Desember 2016

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba

1. Pengertian Manajemen Laba
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Hal tersebut membuat pihak manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan tampak baik oleh pihak eksternal.
Manajemen laba (earning management) didefinisikan oleh beberapa peneliti akuntansi secara berbeda-beda sbb :
a.   Widyaningdyah (2001 :92) membagi definisi manajemen laba menjadi dua yaitu:
       Definisi sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manager untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba.
       Definisi luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana manager bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut
b.    Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Dechow, et.al (1996) mendefinisikan earnings management sebagai earnings manipulation, baik di dalam maupun di luar batas Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Scott (1997) mendefinisikan earnings management sebagai tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan. Setiawati dan Na’im, (2000) mendefinisikan manajemen laba sebagai campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.
c.     Francis dkk (1999) juga menemukan hasil yang konsisten. Selain itu Myers dan Skinner (2000) menemukan bukti empiris bahwa perusahaan berukuran besar cenderung tidak melaporkan accurate earnings setelah meneliti pertumbuhan earnings mereka selama 14 kuarter.
d.   Peneliti Marachi (2001) di Amerika Serikat dengan menggunakan data sample perusahaan industry tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap manajemen laba. Penelitian ini sejalan dengan hasil dari penlitian Lee & Choi (2002) yang mengemukakan bahwa perusahaan yang berkuran kecil cenderung lebih terdorong untuk melakukan tindakan manajemen laba. Sejalan dengan penelitian Myers dan Skinner sebelumnya,
e.   Barton and Simko (2002) juga menemukan bahwa perusahaan berukuran besar cenderung mendapat tekanan-tekanan untuk memenuhi harapan pasar sehingga mereka terdorong untuk melakukan manajemen laba. Selain itu perusahaan besar juga memiliki “bargaining power” yang lebih besar untuk bernegosiasi dengan auditor untuk melakukan manajemen laba. Penelitian lebih lanjut tentang kepemilikan manajerial yang dilakukan Gabrielsen, et al. (2003) mengemukakan bahwa jumlah kepemilikan saham oleh manajer akan mempengaruhi tindakan manajemen laba.

2. Sasaran Manajemen Laba
             Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
a.       Kebijakan Akuntansi.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan  akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
b.      Pendapatan.
Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
Biaya. Menganggap sebagai beban/ biaya atau menganggap sebagai  suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of  investment).
c.       Biaya.
Menganggap sebagai beban/ biaya atau menganggap sebagai  suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of  investment).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
             Berdasarkan yang dilakukan olehWatts dan Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba. Faktor-faktor yang diajukan oleh Watt dan Zimmerman adalah:
a.        Hipotesis Bonus Plan.
Perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini.
b.      Debt To Equity Hypothesis.
Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatakan pendapatan atau laba.
c.       Political Cost Hypothesis
Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar